Mencermati gejala sosial yang muncul akibat modernisasi dan globalisasi, keberadaan perempuan sering terekspos secara berlebihan, yang secara tidak sadar atau mungkin disadari, akan merendahkan derajat kaum perempuan itu sendiri, khususnya perempuan Islam, berlindung di balik perkembangan zaman atau modernisasi, sebagian dari kaum perempuan telah melangkah jauh bahkan berlebihan dalam mangikuti alur perkembangan yang berakses pada pergeseran harkat dan martabatnya sebagai makhluk yang dimuliakan. Kebebasan dalam pergaulan, emansipasi berlebihan berpakaian yang jauh menyimpang dari syariat Islam atau bahkan ritual kewajiban dalam Islam pun sering terabaikan, dengan dalih sibuk dari beraktifitas yang tak mau kompromi, adalah contoh kecil yang secara kasat mata mudah kita jumpai dan ini adalah gejala sosial yang hampir membudaya di kalangan muslimah. Adalah tanggung jawab bersama, ketika keterpurukan moral bangsa mulai diperbincangkan, bahkan menjadi kenyataan, tidak terkecuali IMMawati sebagai sosok perempuan yang berkecimpung di salah satu lembaga dakwah kampus, IMM, yang sangat berperan strategis dalam upaya penguatan jati diri dan pembinaan moral, khususnya kaum perempuan. Gelar IMMawati bukanlah jargon yang menakutkan atau bahkan memberatkan, IMMawati adalah sosok perempuan Islam yang diharapkan mampu memberikan nuansa islami dalam seluruh perannya, baik di lingkungan keluarganya maupun di lingkungan tempat tinggalnya, bahkan yang lebih strategis adalah di lingkungan kampus, sehingga akan menjadi uswatun khasanah. Menjalankan syariat secara kaffah, bukanlah keharusan golongan atau kelompok tertentu, akan tetapi ketika dia memilih menjadi seorang muslim atau muslimah adalah suatu keharusan tanpa proses tawar.
Berbicara tentang IMMawati, dalam sejarah awal berdirinya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), diketahui bahwa pada awalnya nama bidang IMMawati tidak langsung terbentuk di lingkup IMM namun yang ada adalah bidang Khusus Keputrian. Nama bidang IMMawati kemudian tercetuskan setelah dua tahun terbentuknya IMM. Adanya bidang IMMawati tentunya sebagai wadah bagi kader perempuan IMM dalam memperkuat potensi dan kapasitas diri yang dimiliki. IMMawati sebagai satu bagian penting yang terdapat di dalam organisasi, IMMawati yang dalam hal ini merupakan seorang perempuan, ia pada hakikatnya memiliki jati diri sebagai identitas sehingga menjadi ciri khas yang membedakan dengan perempuan lain. Jati diri atau identitas seorang IMMawati harus tertanam sedini mungkin sejak awal melangkahkan kaki bergabung di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.
Perjuangan ikatan juga bergantung pada IMMawati seperti ungkapan yang sering digaungkan bahwa wanita merupakan tiangnya negara. Begitu pula kehadiran IMMawati (baca: sebutan kader perempuan IMM) dalam ikatan menjadi basis pergerakan bagi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Oleh karena itu, ghiroh perjuangan harus tertanam dalam jiwa IMMawati untuk mencegah kemungkaran. Apalagi pengaruh zaman yang semakin modern, salah satunya perkembangan teknologi yang semakin pesat ini membuat para pemuda terlalu nyaman dengan tidurnya. Nalar sosial yang memudar, hingga lunturnya sikap kritis dan sensitif terhadap lingkungan di sekitarnya. Ditambah lagi dengan semakin mudahnya pengaruh hidup kebarat-baratan yang menodai akhlak pemuda bangsa, termasuk kaum perempuan.
Hal inilah yang menjadi tugas dan harus diemban oleh seorang IMMawati. Menyatukan pikiran dan merangkul sesama untuk berada dalam barisan guna mencegah hal-hal yang dapat merusak akhlak, mencegah masuknya ilmu-ilmu yang sengaja dibuat untuk mengontaminasi semangat kebangkitan muslimah di dunia, serta yang paling penting adalah mencegah hal-hal yang dapat meruntuhkan keimanan seseorang kepada Allah SWT. Sehingga nantinya, kesadaran sebagai seorang muslimah tidak hanya dimiliki secara personal, melainkan mampu menjadikan ketaatan tersebut sebagai milik bersama. Dengan demikian, terbentuklah Islam yang kaffah di muka bumi ini.
Tuntutan peran atas bembinaan atau terbentuknya pribadi muslimah yang utuh sesungguhnya bukanlah sesuatu yang sulit, jika sekitarnya seorang IMMawati mampu menyelami dan memahami makna berislam yang sesungguhnya, perilaku sopan, baik dalam penampilan lahir maupun batin, disiplin dalam menjalankan ibadah, adalah sesungguhnya ajaran Islam yang dicontohkan oleh Rasullullah saw sehingga akan semakin memuliakan muslimah pada umumnya dan IMMawati pda khususnya.
Dunia kampus, di mana IMMawati berkecimpung adalah sebuah ladang tepat untuk membina moralitas bangsa yang sesungguhnya, karena kampus yang notabene adalah lingkungan intelektual seringkali terjebak dengan pergaulan bebas dengan berbagai dalih, bahkan paham liberalisme beragama pun dijadikan jargon untuk melegitimasi kelalaian dalam menjalankan syariat Islam, dengan alasan ibadah adalah urusan pribadi dengan Tuhannya, yang secara tidak sadar ghazwul fikri (perang pemikiran) yang dilontarkan oleh para orientalis telah merasuki pikiran dan pandangan mereka. Di mana tujuan para orientalis untuk menjauhkan umat Islam dari ajaran dan itulah sesungguhnya tujuan mereka. Dan ini adalah tanggung jawab kita bersama untuk menyelamatkan saudara-saudara kita.
Ada hal yang perlu dipahami oleh seorang IMMawati, bahwa berIMM bukanlah sekedar berorganisasi, akan tetapi setiap pribadi dalam kehidupannya harus berdakwah dan itu bisa dilakukan dengan benar jika ada jamaah, dan IMM sebagai salah satu organisasi keislaman merupakan jamaah yang memiliki orientasi dakwah. Sehingga komitmen yang kuat mutlak dimiliki untuk tetap eksisnya sebuah jamaah. Memang harus diakui bahwa untuk melakukan suatu perubahan tidak semudah membalikkan telapak tangan, namun jika ada upaya kearah sana maka perubahan itu tak akan mungkin pernah terwujud, hal yang paling sederhana adalah mulailah dari sekarang, awalilah dengan hal-hal yang kecil dan mulailah dari diri sendiri. Ingat, barang siapa yang berniat menolong agama Allah maka Allah pasti akan menolongnya dan jangan pernah melakukan sesuatu tanpa pernah tahu apa sesungguhnya tujuan yang akan dicapai, termasuk saat memilih menjadi seorang IMMawati, terminal akhirnya adalah menggapai ridho Ilahi.
Penulis:
IMMawati Dina Nurjanah
(Bidang Tabligh dan Kajian Keislaman PK IMM Al Idrisi Fakultas Geografi UMS periode 2019/2020 serta sebagai Korps IMMawati PC IMM Surakarta)