Mengingat Kembali Pemaknaan Ilmu Amaliah dan Amal Ilmiah

Baru beberapa pekan lalu kita memperingati kelahiran ikatan kita yang ke-56, tentunya ini masih menjadi momen yang hangat bagi kita untuk merefleksikan dan memaknai kembali apa yang telah IMM torehkan dalam sejarah pergerakan mahasiswa islam di Indonesia. Sudah lebih dari setengah abad IMM berdiri dan hadir sebagai eksponen mahasiswa dalam gerakan dakwah muhammadiyah, sebagaimana telah termaktub di dalam enam penegasan IMM yang merupakan identitas bagi IMM itu sendiri.

Sebagai eksponen mahasiswa dalam gerakan Muhammadiyah, tentu Moh. Djazman Al Kindi dan rekan-rekannya yang merupakan pendiri dari salah satu ortom dari Muhammadiyah ini memaksudkan berdirinya IMM pada 14 Maret 1964 atas dasar tuntutan kondisi bangsa pada saat itu juga ditambah lagi konsekuensi pendirian perguruan tinggi Muhammadiyah yang kurang lebih berjumlah sebelas perguruan tinggi sehingga diperlukannya sebuah wadah untuk mengakomodir kepentingan Muhammadiyah di dalam civitas akademika, mahasiswa.

Untuk membedakan gerakan IMM dengan gerakan mahasiswa yang lain maka dirumuskanlah Enam Penegasan IMM yang ditanda tangani langsung pada saat peresmian berdirinya IMM oleh KHA. Badawi yang pada saat itu merupakan ketua pimpinan pusat Muhammadiyah. Ada enam poin yang menegaskan identitas IMM namun yang akan sedikit kita bahas adalah poin ke lima yang menegaskan bahwa ilmu adalah amaliah dan amal adalah ilmiah, artinya bahwa ilmu dengan amal dalam gerakan IMM adalah dua hal yang saling mengutuhkan, tidak terpisah, dan tidak berjalan sendiri-sendiri maka kita pun sebagai kader IMM perlu memaknainya secara utuh agar setiap sikap, keputusan, dan tindakan dalam kehidupan individu, sosial, dan berorganisasi tetap memegang teguh nilai ilmu adalah amaliah dan amal adalah ilmiah sebagai representasi dari identitas kader IMM sejati.

Ilmu adalah Amaliah
IMM merupakan organisasi ide, artinya dalam setiap gerakan dan kegiatannya adalah representasi dari ide dan konsep yang telah dikaji secara kritis dan mendalam oleh kader-kadernya. Ide tersebut dilahirkan atas semangat perubahan yang dinamis kearah yang lebih baik, sesuai dengan tujuan IMM didirikan yaitu mengusahakan terbentuknya akademisi islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan muhammadiyah. Diksi mengusahakan dapat diinterpretasikan sebagai sifat yang dinamis, progress, berkembang, dan mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik dan tentu hal tersebut tak mungkin dapat terwujud tanpa ilmu yang mendasarinya.

Intelektualitas yang didalam Tri Kompetensi Dasar disebutkan sebagai salah satu pilar dalam kualifikasi dasar kader IMM, merupakan hal pokok dan kualitas penting yang harus dimiliki. Intelektualitas merupakan sikap yang harus dibangun dengan pondasi yang kokoh tanpa mengindahkan dua nilai yang lainnya, religiusitas dan humanitas. Oleh karena itu seharusnya kegiatan-kegiatan keilmuan bukan merupakan hal yang asing bahkan makanan pokok bagi tiap kadernya.

Pemaknaan ilmu bagi kader IMM menjadi penting. Ide dan konsep tak mungkin dapat dikaji secara kritis jika tanpa ilmu. Namun pemaknaan ilmu jangan hanya berhenti pada tataran pragmatis, tentang bagaimana ilmu itu berguna jika dapat digunakan dalam kehidupan praktis saja, lebih dari itu ilmu juga sebagai hal untuk melatih kepekaan hati dan jiwa sehingga muncul kesadaran akan nilai-nilai maka dengan ilmu moralitas dapat dibangun. Ilmu tidak hanya tentang menyambung hidup namun juga tentang mengisi hidup, untuk membangun sikap terhadap realitas.

Ilmu merupakan amaliyah. Jika kita maknai maka ilmu haruslah terimplementasikan terhadap realitas, mampu mendorong dan menggerakkan perubahan sikap, tindakan, ucapan dan pikiran menuju nilai-nilai kebaikan dengan mengedepankan tata nilai aslinya, tidak hanya terkungkung didalam kepala sebagai wawasan saja. Ilmu sebagai amal harus mampu diterapkan sebagai transformasi yang nyata yang memiliki daya ubah, baik itu dalam realitas individu maupun sosial. Mengingat dalam Nilai Dasar Ikatan, kemasyarakatan termasuk dalam ranah gerak kader IMM.

Amal adalah Ilmiah
Di dalam Nilai Dasar Ikatan poin pertama menyebutkan bahwa Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah gerakan mahasiswa yang bergerak di tiga bidang gerakan, yaitu keagamaan, kemahasiswaan, dan kemasyarakatan. Dari hal tersebut memiliki konsekuensi bahwa IMM adalah organisasi yang akan terus bergerak, bertindak dan bersikap secara dinamis berdasarkan konteks permasalahan yang ada terhadap bidang-bidang tersebut.

Sebagaimana yang telah disebutkan bahwa IMM sebagai organisasi pergerakan, oleh karena itu dalam setiap geraknya haruslah berdasarkan pertimbangan dengan pisau analisis yang tajam agar gerakan dapat terarah dan terukur dalam melakukan transformasi. Meliputi ketiga bidang ranah gerak IMM maka diperlukan kapasitas ilmu yang yang dibutuhkan untuk menganalisis dan mempertimbangkan gerakan. Sehingga belajar sudah merupakan tanggung jawab moral bagi setiap kader.

Tak hanya dalam ranah gerakan mahasiswa, sebagai individu pun dalam menghadapi realitas harus memiliki tindakan dan sikap dengan pertimbangan yang rasional. Disini beramal dengan ilmiah menjadi penting bagi kader IMM.
Ilmu adalah amaliah dan amal adalah ilmiah mampu menjadi dasar bagi kader ikatan untuk mewujudkan terbentuknya pribadi yang siap berkembang sesuai dengan spesifikasi profesi yang ditekuninya, kritis, logis, trampil, dinamis, dan utuh sesuai dengan arah dan tujuan perkaderan.

Seorang kader adalah mereka yang mempunyai kemampuan untuk high thinking dan hard working begitu pesan pak Djazman Al Kindi, artinya menjadi kader IMM bukan hanya pemikir saja atau penggerak saja namun mampu melakukan keduanya. Namun untuk mewujudkannya tetntu tidak bisa terwujud dengan begitu saja.

Berbicara tentang kader, kata Djazman, adalah berbicara tentang kualitas. Guna mendapatkan kualitas mumpuni, maka proses pembinaan dan pembentukan seorang kader menjadi yang utama. Proses melahirkan manusia unggulan (insan kamil) ini memakan waktu panjang, tidak bisa sekali jadi. Selain pembinaan klasikal, diperlukan juga pembinaan yang terlembaga dan terprogram untuk menanamkan tentang paham ideologi dan tradisi organisasi. Dalam benak mereka harus terinternalisasi nilai dan ide pokok organisasi, sehingga mampu membumikannya dalam setiap perubahan ruang dan waktu. Kader unggulan adalah mereka yang memegang teguh : ilmu amaliah dan amal ilmiah.

.

Oleh :

IMMawan Hussain Hanafi

(Kabid RPK PC IMM Kota Surakarta 2019-2020)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *