Melepas Hegemoni Barat: Wajib atau Tidak

Hari ini kita hidup di era yang sangat tidak jelas baik dan buruknya. Kebaikan bisa diputar balikkan menjadi keburukan dan keburukan bisa menjadi kebaikan, yang memang itu sengaja diframing melalui media untuk mengatur pemikiran masyarakat dunia agar selaras dengan kepentingan penguasa atau golongan tertentu. Dengannya diharapkan tidak akan ada konflik yang terjadi kecuali dukungan dukungan atas program-program pemerintah yang sebenarnya mengandung kepentingan asing yang melemahkan kekuatan rakyat baik di bidang perekonomian, pendidikan, pemerintahan, dan lain-lain. Dan sayangnya lagi kita tidak bangga atas peradaban sendiri yang menjadi jati diri kita dan cenderung lebih wah dengan peradaban tetangga yaitu Barat. Pemikiran ini bisa lahir karena satu gerakan yaitu Westernisasi

Hari ini juga kita hidup di era yang sangat bebas. Sehingga kebebasan ini yang tidak ada batasannya menjadikan manusia melampaui batas dan kehilangan jati diri yang sebenarnya. Bagaimana gerakan feminisme yang sangat kuat merebak di berbagai belahan dunia menuntut kesetaraan atas dirinya dengan laki-laki dan menyerang habis-habisan patriarki. Hal itu sebenarnya merugikan atas diri perempuan itu sendiri. Juga bagaimana dengan kebebasan atas perbuatan mereka dengan dalih tubuhku otoritasku, dosa-dosaku jangan ikut campur dan lain-lain yang sebenarnya pemikiran-pemikiran ini bisa lahir karena satu gerakan yaitu Liberalisasi

Dan, hari ini kita takut dengan satu hal yang sebenarnya kita sudah anut dari sejak lahir sampai hari ini, ketakutan itu karena banyak sekali framing yang tidak bertanggung jawab yang disengaja, karena takut atas kekuatan yang sebenarnya atasnya. Bahkan cara berpakaian yang dianut meraka juga menjadi bahan framing untuk menakut-nakuti masyarakat dan mereka berusaha semaksimal mungkin untuk bisa memperjelek citranya, dan hal itu adalah ISLAM dengan satu gerakan yaitu Islamphobia dengan isu terorisme, intoleran, radikal dan rasisme yang itu semua wajib dinisbatkan kepada Islam dan penganutnya.

Westernisasi mempunyai program utama yaitu: sekulerisasi dan liberalisasi yang dalam buku Cultural Schizophrenia, Islamic Society Confronting the West, membagi sikap umat Islam terhadap Barat menjadi tiga. Pertama, mereka yang kembali pada masa lalu. Kedua mereka yang menghadapinya dengan berani tapi penuh resiko. Ketiga, mereka yang menolak mentah-mentah segala sesuatu yang datang dari Barat. Ketiga sikap ini mencerminkan ketidakpuasan yang mendalam atas Barat yang disebabkan atas modernisasi yang tidak bisa diislamkan atau didudukkan, akibatnya kata Fazlur Rahman kita menjadi terBaratkan (Westerniasis). Atau mereka sangat anti Barat.

Hari ini kita terkotak-kotakkan, mereka yang belajar dan fasih agama maka secara tidak langsung mereka akan ketinggalan dalam hal sains dan ilmu hitung. Sebaliknya mereka yang belajar sains dan ilmu hitung maka mereka secara tidak langsung akan menjadi tidak agamis dan jauh dari agama. Hal ini dimulai saat dominasi greja yang sangat tidak rasional kemudian memaksa masyarakat Eropa pada saat itu untuk mengikutinya dan jika tidak maka dia akan dibunuh atau minimal akan dipenjara sebagai mana kasus heliosentris yang dialami oleh Galileo Galilei. Yang kemudian membuat gerakan yang sangat sistematis untuk meruntuhkan dominasi greja sehingga samapai saat ini Eropa akan menolak secara mutlak semua yang berhubungan dengan agama dan secara sadar membunuh tuhan.

Dengan membunuh tuhan, maka ilmu pengetahuan di Eropa bisa berkembang dengan pesat sampai saat ini, kemudian sampai saat ini pemikiran itu meyilaukan negara dunia ketiga yang akhirnya mereka akan mengikutinya dengan fanatik buta dan tidak menyaring, sisi mana yang buruk dan sisi mana yang baik. Pada akhirnya kita menggunakan semua produk Barat dan di saat itu juga kita kehilangan jati diri sendiri.

Buktinya adalah hari ini kita mempunyai IAIN (Institut Agama Islam Negeri ) yang prodinya nyaris tidak ada ilmu ilmu hitung baik matematika, biologi, dan lain-lain. Pun demikian dengan UIN (Universitas Islam Negeri). Di satu sisi kita juga punya PTN (Perguruan Tinggi Negeri) yang di dalamnya nyaris bahkan tidak ada ilmu-ilmu agama. Ini membuktikan bahwa kita dengan sengaja mengkotak-kotakkan ilmu.

Setelah bangga membunuh tuhan, maka lahirlah agama baru yaitu Humanisme atau agama kemanusiaan, akhirnya juga akan melahirkan berbagai pemikiran yang intinya bahwa segala hal yang membatasi manusia maka wajib dilarang dan ditolak. Misal hukum kebenaran yang jika kebenaran itu tidak sesuai dengan kehendak manusia maka wajib ditolak dan apapun yang diingankan manusia selagi mereka suka dan tidak apa-apa maka itulah hal yang benar tanpa melihat syariat yang sudah ada. Sehingga akan kebablasan dalam bertindak dan akan menjerumuskan mausia itu sendiri dengan hal-hal yang sangat hina. Puncaknya dalam penolakan itu adalah menjadikan manusia itu ateis.

Ateis adalah mereka yang tidak mempunyai tuhan dan akan menolak segala macam yang berhubungan dengan tuhan. Banyangkan Aceh itu adalah wilayah yang sangat sulit dijajah oleh Belanda, mengapa? Karena mereka bertuhan dan tuhan mereka adalah Allah. Lebih baik mati dari pada dijajah, itu adalah yang mereka pegang. Bayangkan orang Aceh tidak bertuhan maka dengan sangat mudah Aceh itu dijajah. Pun dengan Indonesia, bagaimana perjuangan ini dihidupkan oleh para ulama dan santri yang agamis dan agamanya adalah Islam.

Padahal, jika kita runtut mengikuti sejarah gerakan renainsans, yang di dalamnya ada Rene Descartes, Francis Bacon, Dante, dll, mereka tidak tiba-tiba langsung membuat gerakan pembebasan tanpa sebab. Maka jika kita mau runtut, Barat tidak akan pernah lupa jasa ilmuwan muslim yang sangat fenomenal dan mashur yaitu Averroes dalam lidah Barat atau yang lebih kita kenal sebagai Ibnu Rushd yang mempunyai andil besar dalam pemikiran para tokoh renainsans, lewat bukunya Tahafut at Tahafut sebagai tandingan dari buku nya Al-Ghazali Tahafut al Falasifah.

Dan itu seakan akan dikaburkan dan tidak diketahui kebenarannya. Mengingat jika itu terbongkar bagaimana malunya Eropa telah mengklaim capaian yang bukan murni dari dirinya sendiri. Maka kebenaran yang terjadi hari ini adalah kebenaran serba relatif dan tidak ada yang namanya kebenearan absolut, sehingga sampai kapanpun kita tidak akan pernah tau kebenaran sejati yang absolut tersebut.

Maka perlulah kita kembali untuk kemudian memperkuat bacaan-bacaan kita agar sebelum kita siap mencerahkan orang lain maka perlulah kita tercerahkan dahulu. Konsep raushan fikr yang dibawa oleh Ali Syariati adalah secuil contoh bagaimana tercerahkan adalah langkah awal untuk mencerahkan.

Tapi poinnya adalah hari ini Islam seperti yang dikatakan oleh Rasulullah Muhammad saw bahwa banyak tapi tidak berguna bak buih dilautan. Karena ketidakbergunaannya maka dia sering dipermainkan oleh kekuatan-kekuatan besar untuk kepentingan kelompok dan pribadinya. Jika itu kita biarkan maka Islam yang rahmat lil alamin sudah mati dan tidak akan bangkit lagi dan cap Islam sebagai teroris, intoleran dan rasis akan semakin dipercaya oleh masyarakat luas.

Hanya dengan berjuang maka kita bisa menghapus frame itu, baik lewat media, politik, tulisan, ceramah, perbuatan, ekonomi. Maka Islam akan mempunyai marwahnya lagi dan tidak dipermainkan kembali seperti sekarang. Mulai dari mana? Mulailah dari diri sendiri karena kamu adalah agen perubahan maka selesaikanlah urusan pribadimu untuk segera bisa mengurusi umat ini.

Sumber bacaan:

Misykat, Hamid Fahmi Zarkasyi

Melawan Hegemoni Barat, Ali Syariati

Wajah Peradaban Barat, Adian Husaini

Cultural Schizophrenia; Islamic Societies Confronting the West, Daryush Shayegan

Tahafut at Tahafut, Ibnu Rushd

Tahafut al Falasifah, Al-Ghazali

 

Oleh: IMMawan MT. Hassan

(Anggota Bidang RPK PK IMM Al-Ghozali)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *