MANUSKRIP USANG ( bagian 1)

Kala senja masih di ufuk barat dan langit masih terang berwarna jingga menyala, ku amati daerah sekitarku anak-anak remaja masih berkeliaran bermain tanpa jemu yang sesungguhnya hanya membuang-buang waktu yaitu main game online. Sedikit ku mencela hari ini di mana sosok manusia terombang-ambing masih mencari nama di tengah tuntutan zaman yang serba modern. Di mana kiblat sudah beralih ke barat dari mulai pakaian, gaya hidup bahkan tingkat kepekaan sosial, semua seperti sudah seperti hukum alam ketika modernisasi tidak dibarengi dengan kemajuan SDM akan terjadi kemunduran kultur sosial manusia. Mengulas permasalahan yang ada tak jemu aku selalu mengingatkan untuk selalu menggunakan nalar dalam menakar sesuatu jangan sampai terlebelenggu oleh hal yang sebenarnya merugikan. Ah, sudahlah aku hanya seorang mahasiswa yang selalu dibully karena selalu berlainan pandangan. Tak mengapa aku selalu berpegang pada prinsip bahwa kebenaran bukan milik mayoritas tapi kebenaran milik orang yang senantiasa selalu belajar, merawat, dan memperjuangkanya. Oh ya namaku Sadega, mahasiswa Sastra Indonesia universitas swasta di Solo, aku suka membuat puisi yaitu puisi tentang cinta karena cinta adalah kebenaran dan kebencian adalah kemungkaran, tapi aku dijuluki oleh temanku manusia bucin (budak cinta) padahal di dalam puisiku berisi satire yang ditujukan untuk manusia yang tidak punya cinta terhadap sesama.

Selamat pagi sadega, kata Niar.

Oh Niar, selamat pagi juga, semangat banget kelihatanya? Sudah mengerjakan tugas? kataku.

Sembarangan, aku kan rajin. Eh, kamu sudah tahu belum ada isu-isu terbaru mengenai perpolitikan yang semakin memanas.

Isu apa niar?

Eh dosenya udah datang nanti saja, berlari sambil menarik tanganku untuk segera ke kelas.

Niar seorang yang semangat sekali dalam hal perkuliahan maklum dia berasal dari keluarga yang kurang mampu, ayahnya seorang petani yang sekarang lahanya terenggut karena pembuatan bandara dan tanpa ada kompensasi ganti rugi dari pihak pengelola, kadang dia mengeluh soal biaya perkuliahan tetapi hal tersebut dapat diatasinya dengan mencari beasiswa dimulai dari semester kemarin. Dia seorang cendekia, suka membaca buku dan benci akan ketidakadilan. Oh ya dia juga seorang aktivis suka mengawal isu-isu yang sedang terjadi, garda terdepan dalam membela kebenaran. Ku bandingkan hidupku dulu dengan dia yang notabene berbeda sangat jauh, aku seorang mahasiswa kupu-kupu semua kuliah di biayai oleh ibuku dan menjadi seorang mahasiswa apatis, kurasa gelar agent of change tidak cocok untukku yang cocok adalah agent of rebahan. Tetapi ketika aku melihat gelandangan tepi jalan, anak kecil pengamen jalan, buruh tani, dan sedikit cerita Niar kurasa hidupku hambar jika tidak ada rasa kemanusiaan di dalamnya, serta para bos yang memperlakukan bawahanya tidak manusiawi, pekerja pabrik seperti robot bekerja dari pagi sampai malam dengan sistem outshourcing yang merugikan serta para cukong membakar hutan untuk memperoleh keuntungan. Biadab!!! Keparat!! Kataku dalam hati yang akhirnya menyadarkanku bahwa kuliah bukan sekedar duduk di ruang AC dan sambat tentang tugas-tugas yang menumpuk. Perkuliahan fenomonologi bahasa membuatku ngantuk tapi semua sudah kelar, akhirnya kami keluar kelas berkumpul di sekre untuk membahas agenda minggu depan. Kami membuat komunitas yang di dalamnya berisi mahasiswa lintas jurusan yang bertujuan untuk meningkatkan budaya literasi di kampus yang terkesan tidak ada karena pengaruh modernisasi dalam hal teknologi yang salah satunya hp, lebih banyak mahasiswa yang main hp ketimbang baca buku dalam sehari bisa saya ibaratkan bahwa hp seperti kebutuhan primer di era modern ini.

Ndre, gimana persiapanya minggu depan? kataku kepada Andre.

Oh ya Ndre gimana sudah lobby pembicara? Ernesti menyahut.

Gini teman-teman untuk diskusi minggu depan akan saya buat untuk umum, kalian tahu kan ini bulan apa? September kelam, banyak sekali permasalahan-permasalahan di bulan September salah satunya pembunuhan aktivis Munir Said Thalib di pesawat ketika ingin melanjutkan studi ke Belanda, kata Andre.

Bagus kalau begitu tinggal tentukan tanggal, hubungi pembicara, kata Niar.

Ya nggak bisa begitu to Niar, harus buat tor dulu hahaha….. kataku.

September merupakan momentum yang pas untuk membahas demokrasi, pasalnya banyak sekali para aktivis yang hilang di bulan ini padahal kebebasan berpendapat sudah diatur dalam UUD 1945. Salah satu kegiatan kami periode bulanan yaitu diskusi, biasanya diskusi dilakukan untuk memperingati hari-hari khusus atau hari-hari besar. Banyak dari kalangan mahasiswa yang datang untuk membantu komunitas kami dalam menyuplai buku bacaan bekas ada juga yang memberi dalam bentuk uang yang kemudian uang tersebut di gunakan untuk komunitas. Tapi kami sering melakukan propaganda-propaganda untuk mendanai komunitas kami yaitu berupa menjual koran-koran, patch, dan kaos-kaos untuk solidaritas.

Angin dingin sore hari menemani langkahku menuju rumah, dengan desing kendaraan yang tiada henti dikarenakan bersamaan dengan waktu pulang kantor. Kurasa udara semakin memburuk di sekitarku dan tak baik untuk pernapasan, kupercepat langkah kakiku, kebetulan jarak kosku dengan kampus tidaklah jauh. Mengenai polusi itu tidak seberapa dengan polusi asap yang dibuat oleh korporasi yang hanya memikirkan materi, nyawa sekarang lebih murah daripada sekedar hukuman bui. Karhutla yang terjadi di berbagai wilayah yang diduga digunakan untuk berbisnis kalangan elit dan para pihak yang sembunyi tangan yang saling melemparkan tuduhan untuk menyelamatkan diri dari hukuman. Tak seperti dalam kutipan debat calon presiden dan wakil presiden bahwa masalah karhutla dapat di atasi dengan cepat dan tanggap terlebih lagi pihak-pihak yang melakukan pembakaran tersebut akan kena sanksi yang tegas, tapi semua itu utopis dan hanya berupa bualan dan imajinasi lintas nalar.

Janji, janji, janji tinggal janji….

Kalau nggak janji menang…

Obral janji memberi ilusi…

Rakyat selalu di bohongi… kataku berjalan sambil bernyanyi kalau nggak janji gak menang

.

BERSAMBUNG….

Di tulis oleh : Riska Febrianto

Anggota Bidang Hikmah PK IMM Moh. Hatta FEB UMS periode 2019/2020

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *