Uncategorized

ADAKAN WORKSHOP PENGUATAN KOMPETENSI MUBALLIGH, IMM SOLO HADIRKAN KIAI CEPU SEBAGAI PEMATERI

Sandya Mahendra
Sekretaris Bidang Tabligh & Kajian Keislaman PC IMM Kota Surakarta 2023-2024

SURAKARTA – Bidang Tabligh dan Kajian Keislaman berkolaborasi dengan Korps Muballigh Mahasiswa Muhammadiyah PC IMM Kota Surakarta kembali menyelenggarakan Workshop Penguatan Kompetensi Muballigh Mahasiswa Muhammadiyah yang bertempat di Ruang J. Seminar FKI Kampus II Universitas Muhammadiyah Surakarta. Kegiatan ini dilaksanakan pada sabtu, 08 Juni 2024 pukul 09.00 hingga bakda ashar. Kegiatan ini diselenggerakan sebagai follow up dari Pelatihan Muballigh Mahasiswa Muhammadiyah (PM3) yang diadakan pada Februari lalu.

Sandya Mahendra, selaku ketua panitia menyampaikan tujuan di balik pelaksanaan kegiatan workshop ini ”Workshop ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi muballigh dalam kemampuan sebagai da’i. Sehingga para peserta workshop ini mampu memainkan peran muballigh IMM dengan pilar Al Islam dan Kemuhammadiyahan, Pilar Intelektual, serta Pilar Kemasjidan dan Kemasyarakatan” Ujar Mahendra.

Peserta Workshop ini melibatkan Ketua Bidang Tabligh Komisariat Se-Cabang Surakarta dan beberapa tamu undangan lain seperti Alumni PM3 tahun 2024, Pejuang Masjid UMS, serta Bidang Tabligh dan KM3 PC IMM Sukoharjo.

Kegiatan ini dihadiri langsung oleh Kiai Kusen. Ph.D. selaku Wakil Ketua LSB dan Instruktur Nasional MPKSDI PP Muhammadiyah. Kiai Kusen atau yang akrab dipanggil Kiai Cepu ini menjadi pemateri tunggal dalam agenda workshop ini. Dalam agenda tersebut, pada sesi pertama, Kiai Cepu menyampakan materi mengenai “Filsafat Dakwah & Ruang Lingkup Dakwah di Muhammadiyah” dengan inti bahasan (1) Identitas dan Gerakan Dakwah Islam Berkemajuan; (2) Paradigma Dakwah secara Filosofis; dan (3) Psikologi & Sosiologi Dakwah di Masyarakat. Sehingga para muballigh ikatan dapat memahami dan menjelaskan nilai-nilai dakwah Muhammadiyah baik secara filosofis maupun sosiologis, serta menerapkannya dalam dinamika kehidupan sosial di masa kini dan dapat mempersiapkan diri untuk menyikapi tantangan-tantangan di masa depan.

Kiai Cepu membawa para kader muballigh ikatan ini untuk berpikir kritis dan analitik mengenai konsep dakwah secara filosofis serta persoalan-persoalan riil yang terjadi di persyarikatan maupun masyarakat. Ia mendidik para peserta workshop untuk mengetahui esensi kewajiban dakwah. Kiai Cepu menyampaikan bahwa dakwah itu wajib bagi semua muslim bagi yang ingin masuk surga, jika tidak berdakwah maka ia akan dikenai sanksi masuk neraka. Dalil Kewajiban dakwah ini diambil oleh Kiai Cepu dalam intisari Surah Al Maun bahwa celakalah orang yang berdusta atas nama agama yang sholatnya tidak diterima (lalai) karena tidak peduli dengan urusan orang lain (amar makruf nahi munkar).

Lebih lanjut, Kiai Cepu menyoroti persoalan dan tantangan dakwah yang ada di persyarikatan muhammadiyah. Ia beranggapan bahwa masalah internal sekarang adalah Dakwah yang tekstual dan cenderung konservatif. Muhammadiyah sebagai gerakan islam, dakwah, dan tajdid ini kini diterapkan dengan tidak memerhatikan konteks yang sedang terjadi. Sehingga banyak akhir-akhir ini Muhammadiyah cenderung hanya berhenti pada teks saja, padahal seharusnya Muhammadiyah mampu menggerakan dakwah dari teks menuju konteks, dari ayat menuju realitas. Tentu ini menjadi refeleksi untuk semua kader, bahwa KH Ahmad Dahlan dahulu menekankan pentingnya Surah Al Maun bukan hanya pada hafal atau tidaknya, tetapi seberapa jauh sudah mengamalkan intisari dari Surah Al Maun tersebut.

Selain itu, pada sesi kedua, para peserta workshop difasilitasi untuk menyampaikan problematika yang ada di internal komisariat masing-masing. Kiai Cepu dengan detail dan sabar menjawab problematika tersebut beserta solusi-solusi praktis yang disampaikan. Peserta beberapa mengeluhkan Dakwah Muhammadiyah yang kalah populer dengan organisasi maupun komunitas-komunitas lain. Sehingga banyak anggota persyarikatan maupun kader IMM sendiri tidak begitu melirik kiai-kiai maupun da’i-da’i dari kalangan Muhammadiyah. Kiai Cepu berpesan, bahwa da’i Muhammadiyah harus memiliki kompetensi dalam berdakwah baik dalam pemahaman filsafat, kemampuan berlogika, kompetensi ushul fiqh hingga metodologi dalam berdakwah agar mampu memahami kondisi sosial yang ada di akar rumput.

Penyampaian materi Kiai Cepu memberikan inspirasi lebih kepada para peserta workshop. Para Muballigh ikatan ini merasa terbuka fikirannya mengenai persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat dengan solusi melalui pendekatan-pendekatan yang lebih segar dan baru. Di akhir acara, workshop ini diharapkan mampu melahirkan konsep pendekatan dakwah yang baru di tataran PC IMM Kota Surakarta, sehingga dapat mencetak kader muballigh yang kompeten dan mampu berdakwah pada lintas agama, komunitas, dan kebudayaan.