Artikel

WESTERNISASI: TAKTIK LAMA YANG SELALU JITU (1).

Westernisasi pada dasarnya terbentuk dari istilah yang di dalamnya terdapat kata west, yang artinya barat. Hal ini megindikasikan bahwa apa yang dilakukan dalam tindakan pengaruh westernisasi adalah tindakan peniruan gaya hidup masyarakat dengan orang barat. Dari pengertian ini mungkin kita merasa wah karena telah mengikuti peradaban yang maju di berbagai aspek, mulai dari tataran ilmu yang abstrak sampai dengan infrastruktur yang real.

Kita berlomba-lomba kemudian mendekati barat dengan belajar secara sungguh-sungguh dan harapan sekolah sarjana, menjadi hal yang didambakan oleh banyak orang, apa lagi sampai jenjang magister dan doktoral di luar negeri lebih lebih di barat. Ini selaras dengan apa yang pernah dikatakan oleh Ibnu Khaldun bahwa setiap bangsa yang maju akan diikuti oleh negara dunia ketiga mulai dari hal yang paling fundamental sebagaimana dahulu, saat Islam menguasai dunia maka semua negara dunia ketiga mengikuti Islam bahkan sampai dengan pakaian kerudung dan bahasa Arabnya.

Akan tetapi kita tidak bisa mengelak bahwa barat memang sangat modern, sedangkan ciri-ciri modern adalah semakin rasional. Maka, wajar bagi kita untuk mengikuti mereka. Akan tetapi pertanyaannya adalah, mengapa kita yang selalu wah dengan barat kemudian menelan bulat-bulat apapun yang datang dari barat tanpa menyaring terlebih dahulu dan cenderung menyerang peradabannya sendiri? Setidaknya ada beberapa kemungkinan jawaban.

Pertama, orang barat yang datang ke timur untuk belajar, akan menghasilkan karya ilmiah yang detail tentang peradaban timur, sedangkan orang timur yang datang ke barat, kebanyakan akan menghasilkan karya ilmiah yang detail tentang peradabannya sendiri dengan framework peradaban barat.

Kedua, orang barat datang ke timur untuk belajar, akan menghasilkan pandangan-pandangan yang kritis tentang peradaban timur, tidak sekedar itu akan tetapi menjadi alat pengambilan keputusan agar barat lebih dalam dan luas lagi memengaruhi hajat hidup peradaban di timur, sedangkan orang timur datang ke barat untuk belajar, kebanyakan menghasilkan pandangan-pandangan kritis tentang dirinya sendiri, lantas ikut membantu barat mengubah aspek peradaban timur sesuai arus peradaban barat.

Ketiga, barat banyak mengambil kebiasaan orang timur dan menjadikannya pleasure akan tetapi tetap menjadi hal yang fundamental atas kebiasaan mereka, sedangkan timur mengambil kebiasaan orang barat dan dijadikan character building, pembangunan kepribadian yang diharapkan mengarah ke sisi positif.

Westernisasi mempunyai dampak yang sangat serius dan signifikan seperti efek domino yang tidak kenal berhenti, hingga pion terakhir telah runtuh sebagaimana runtunya Turki Utsmani pada 3 Maret 1924. Jika di Indonesia pion pertamanya adalah saat portugis masuk ke Malaka pada tahun 1512 M, selanjutnya Spanyol (1521-1692), Prancis (1806-1811), Inggris (1811-1816), Belanda (1602-1942), dan Jepang (1942-1945).

Sedangkan pion paling susah dirobohkan adalah Aceh yang akhirnya juga bisa dirobohkan pada tahun 1904 oleh arahan Snouck Hurgronje yang sebelumnya telah meneliti Islam dan kolerasinya dengan Aceh dan sempat menulis satu buku yaitu Orang Aceh. Pertanyaannya selanjutnya, apa yang diusulkan oleh Snouck Hurgronje kepada pemerintah Belanda yang sekaligus digunakan sampai hari ini untuk menekan habis-habisan pejuang Aceh pada saat itu?

Pertama, pemisahan ibadah dan ritual keagamaan. Kedua, pemberian gelar haji untuk mengontrol pemberontakan. Ketiga, membangun kader kader lokal berjiwa pendidikan barat. Keempat, kriminalisasi: merusak peran ulama dan dekontruksi image dari ulama dan syariat. Kelima, deislamisasi sejarah nusantara sebagai bagian dari strategi reconquista[1]. Keenam, Theorie Receptie[2]: mengutamakan hukum adat di atas syariat.

Keenam strategi inilah yang dilakukan oleh barat dalam berupaya menguatkan hegemoninya dengan cara menancapkan cakar-cakarnya sedalam mungkin ke negara-negara dunia ketiga agar bisa menguasai mereka dalam segala aspek kehidupan, dan nyaris hari ini kita tidak bisa lepas dari apa yang biasa disebut sebagai produk barat.

Melalui keenam cara jitu tersebut, masuklah paham-paham yang sengaja dibawa dari luar untuk merusak tatanan yang ada dan menjadikan yang benar semakin abstrak sehingga kebenaran absolut tidak pernah ada, sebagian kecil di antaranya adalah demokrasi, sekularisme, liberalisme, kapitalisme, sosialisme, komunisme, feminisme, dan lain-lain. Akan tetapi banyak dari kita yang tidak mengerti bahwa barat sendiri bangkit karena melepaskan hegemoni gereja, menjadikan dominasi greja lenyap dan tidak punya daya.

Sebagaimana hari ini Vatikan tidak lebih berpengaruh daripada perusahaan raksasa Google yang dibuat oleh Larry Page dan Sergey Brin atau Microsoft nya Bill Gates dan Paul Allen. Vatikan tidak lebih dari negara kota yang menyimpan kekunoan dunia Kristen mulai dari kertas sampai bagunan dengan ukiran Michelangelo yang sangat indah serta beberapa sektor pariwisata lainnya. Itu saja! Barat membunuh tuhan sebagai tumbal untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologinya. Barat juga membunuh adab sebagai ganti atas pelicinan semua usahanya. Dan sekali lagi, kita selalu wah atasnya.

Dengan 6 cara jitu ini, mereka merusak kita mulai dari worldview (pandangan hidup). Yang jika ini berhasil maka mereka sudah tidak lagi bersusah payah untuk mengalihkan isu, membayar uang kebersihan, dll akan tetapi secara otomatis masyarakat negara dunia ketiga akan membela kepentingan-kepentingan barat dari ujung kaki sampai ujung rambut plus kutu-kutunya. Lewat penguasaan materi pendidikan yaitu buku-buku yang beredar luas di pasaran harus sesuai dengan pemikiran barat dan guru-gurunya wajib ditraining dengan worldview barat sebagai solusi dari kebrobokan dari setiap peradaban.

 

Oleh:

IMMawan MT. Hassan

Angota Bidang RPK PK IMM Al Ghozali Fakultas Psikologi UMS

Sekretaris Bidang ASBO PW IPM Jawa Tengah

 

Sumber bacaan:

Christian Snouck Hurgronje, Orang Aceh (Bantul: IRCiSoD, 2019).

  1. Arso Sosroatmodjo dan H.A. Wasit Aulawi, Hukum Perkawinan di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976).

Irmawati[3], Teori Bambu Belah Syahrizal Abbas: Antara Teori Reception in Complexu, Teori Receptie dan Teori Receptio a Contrario, Jurnal Petita UIN Ar-Raniry, Volume 2 Nomor 2 November 2017.

[1] Reconquista(“penaklukan kembali”) merupakan suatu periode dalam sejarahSemenanjung Iberia, yang mana meliputi rentang waktu sekitar 770 tahun antara tahap awalpenaklukan oleh kaum Islampada tahun 710-an danjatuhnya Granada, negara Islam terakhir di peninsula tersebut, untuk perluasan kerajaan-kerajaan Kristen pada tahun 1492.Reconquistaberakhir sesaat menjelang penemuanbenua Amerikayaitu “Dunia Baru“oleh bangsa Eropa, yang kemudian pada era tersebut menimbulkan imperiumkolonial SpanyoldanPortugal. (sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Reconquista, diakses pada Kamis, 16 Januari 2020 pukul 11.20)

[2] Teori Receptie merupakan sebuah teori yang menyatakan bahwa Hukum Islam hanya bisa diperlakukan untuk orang Indonesia bila ia telah diterima oleh hukum adat, teori dipelopori oleh Christian Snouck Hurgronje dan Cornelis van Volenhoven pada tahun 1857-1936. Teori berawal karena kecurigaan-kecurigaan serta kritikan para pejabat Belanda. Kritikan ini ditujukan terhadap peraturan-peraturan yang telah dikeluarkan berkaitan dengan kebijaksanaan terhadap orang Islam. adapaun tokoh yang mengkritik keberadaan hukum Islam ini yaitu Christian Snouck Hurgronje dan Cornelis van Volenhoven. Kritikan tersebut dikembangkan oleh B.ter Haar. Kritikan tersebut sebenarnya bermula dari adanya perubahan pola pikir pembuat kebijakan dan penentu policy hukum penjajahan Belanda, terutama mengenai hukum perdata/keluarga di daerah jajahan Hindia Belanda. Sumber: H. Arso Sosroatmodjo dan H.A. Wasit Aulawi, Hukum Perkawinan di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), hlm. 11-12.

[3] Mahasiswa Program Magister Hukum Keluarga Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Banda Aceh. Pendamping Program Keluarga Harapan Pidie Jaya.