Artikel

APA KABAR PEMUDA?

Beri aku sepuluh pemuda maka akan aku guncangkan dunia. Begitulah sekiranya bunyi penggalan dari pidato presiden pertama bangsa kita yakni Ir. Soekarno. Ada apa dengan pemuda hingga Bung Karno yakin bahwasanya dengan sepuluh orang pemuda beliau akan mampu mengguncangkan dunia? Di sinilah yang menjadi tanda tanya besar ketika kita memaknai pemuda hanya dari sebatas perbedaan jumlah usia. Lebih dari itu, pemuda adalah generasi penerus bangsa, di mana pada pundak para pemuda lah diharapkan dapat melanjutkan perjuangan dari generasi sebelumnya. Suatu bangsa sudah semestinya memiliki harapan yang besar agar di masa yang akan datang para pemuda dapat menjadikan bangsa tersebut menjadi bangsa yang lebih maju dan semakin berkembang.

Kemajuan Teknologi atau Kemunduran Pemuda?

Tentu masih kita ingat bersama, bahwasanya pernah ada satu peristiwa besar yang melibatkan sosok pemuda sebagai aktor utamanya. Ya, itu adalah peristiwa Sumpah Pemuda. Peristiwa yang menandai bersatunya pemuda untuk saling bahu membahu dalam mencapai kemerdekaan seperti apa yang dicita-citakan bersama. Dan momen itulah yang sering kita peringati pada tanggal 28 Oktober setiap tahunnya. Baik yang menjadikanya sebagai sarana merefleksikan diri atau hanya sebatas seremonial belaka agar dipandang sebagai sosok yang nasionalis.

Sejenak kita tepikan terlebih dahulu tentang sepenggal narasi dari pidato Bung Karno ataupun sebait teks Sumpah Pemuda. Karena ada hal yang lebih penting untuk kita narasikan bersama. Dan ketika kita berbicara tentang pemuda maka perlu kita ketahui bersama bahwa dilansir dari BPS, jumlah pemuda rentang usia 15-30 tahun per bulan Agustus 2018 di negara kita ini mencapai 65 juta jiwa. Dan tak ada salahnya jika kita menengok sebentar tentang berbagai fenomena yang ada saat ini. Tentu saja yang masih melibatkan atau berkecimpung pada ranah kepemudaan. Karena akan jadi bahasan yang sangat luas apabila tidak dikerucutkan sejak awal.

Perkembangan teknologi mengantarkan kita pada revolusi industri 4.0 atau yang biasa kita sebut dengan era digital dan otomatisasi. Tak terpungkiri memang bahwasanya kita saat ini sedang berada pada fase di mana segala sesuatu harus sinkron satu sama lain agar terjalin sinergitas yang baik. Segala sesuatu yang berbasis pada sistem big data untuk menunjang mobilitas hidup. Tentu ini adalah perkembangan yang luar biasa di bidang keilmuan duniawi. Namun tentu saja, ada sebab tentu, akan ada akibat seperti apa yang sedang kita bahas saat ini. Ya, akibat daripada perkembangan teknologi ini adalah mulai tergerusnya ghiroh untuk membangun dari dalam diri pemuda. Hal ini nampak seperti di-amin-kan ketika kita melihat fenomena yang terjadi saat ini. Kecanduan gawai adalah salah satu contoh bentuk kemajuan teknologi yang bisa berpengaruh pada perkembangan pemuda. Manusia pada umumnya dan pemuda pada khususnya akan cendrung mengalami penurunan produktivitas. Karena waktu mereka lebih banyak untuk dihabiskan dengan bermain game ataupun fasilitas lain dari apa yang modernitas tawarkan kepada manusia melalui gawai dan perangkat pendukung lainya. Tak cukup sampai di sana, modernitas juga membawa budaya baru untuk ditawarkan kepada pemuda kita. Kita ambil contoh kecil dari budaya konsumerisme, western food, dan lifestyle atau gaya hidup lainnya. Jauh berubah apabila kita bandingkan era sekarang dengan era tahun 80 atau 90 an. Dengan beraneka ragam hal yang dibawanya, modernitas nampak begitu menggiurkan untuk kita nikmati.

Tak adil memang jika kita hanya menyudutkan modernitas sebagai terdakwa dari perubahan pemuda era milenial dengan pemuda era orde baru ataupun era perjuangan. Karena itu bergantung kepada diri kita sendiri untuk sejauh mana memaknai modernitas yang ada. Alm. Ki Narto Sabdo dalam tembang jawa yang ia ciptakan berjudul Ojo Dipleroki pernah bertutur. Dengan penggalan lirik yang kurang lebih seperti ini:

tingkah lakumu kudu ngerti cara, ojo ditinggal kapribaden ketimuran, mengko gek keri ing jaman. Mbok yo sing eling. Eling bab opo? Iku budaya. Pancene bener kandamu.

Penggalan lirik di atas nampak begitu dalam apabila kita maknai di kehidupan era sekarang. Di mana dengan adanya modernitas pemuda cenderung lupa akan budaya tanah leluhurnya. Dalam konteks ini tentulah yang tidak berkaitan dengan klenik ataupun mistifikasi yang lainya. Melainkan seperti unggah-ungguh, tepo seliro, ngajeni (menghargai) serta hasrat mengembangkan budaya lokal nampak mulai menipis dari kehidupan pemuda kita. Yang bisa kita amati bahwasanya aspek budaya tersebut juga bisa kita gunakan sebagai benteng dalam pendidikan karakter serta filterisasi budaya guna mewujudkan wacana Indonesia Emas 2045 sekaligus sebagai identitas yang melekat pada bangsa ini.

Begitulah sekiranya kondisi pemuda saat ini. Kemajuan teknologi ternyata memberikan dampak yang sangat luar biasa bagi perkembangan pemuda. Tak sedikit yang terjebak dalam modernitas ini sehingga menghasilkan dikotomi dikotomi dalam pergerakan pemuda yang tidak mencerminkan nilai sumpah pemuda. Namun, tak sedikit pula yang mampu dengan bijak untuk mengoptimalkan kemajuan teknologi guna mengembangkan potensi bangsa sesuai apa yang menjadi cita-cita dari generasi sebelumnya. Karena pada dasarnya kemajuan teknologi tak selayaknya untuk dijadikan sebagai kambing hitam dari kemunduran progres yang dialami oleh pemuda kita. Namun modernitas di sektor komunikasi dan informatika adalah jembatan untuk pemuda mengembangkan dan mengoptimalkan potensinya. Go-Jek dan Bukalapak adalah contoh kecil. Masih ada sekitar 60 an bisnis Start Up yang memanfaatkan kemudahan akses IT dan telah mampu berkembang dengan omzet yang mencapai triliunan rupiah. Dan sudah saatnya untuk pemuda bangsa ini bangkit dan mengguncang dunia dengan inovasi inovasi yang tentu saja tanpa meninggalkan nilai nilai budaya khas orang timur. Yang tentu saja selain sebagai sumber potensi namun juga sebagai identitas yang perlu untuk diperkenalkan ke mata dunia. Bangkitlah pemuda harapan bangsa. Jangan kau biarkan jutaan idemu mengendap dan membatu tanpa bisa kau aktualisasikan untuk kemajuan bangsa dan tanah airmu.

 

Oleh:

Ilham Heriyono Adi Pratama

Anggota Bidang Hikmah PK IMM Averroes Fakultas Teknik UMS periode 2019/2020

Staff Kemendagri BEM UMS periode 2019/2020